Kegiatan STBM ( Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat ) pilar pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan ( Stop BAB-S ) atau
yang lebih dikenal dengan Kegiatan Pemicuan ODF ( Open Defecation Free—Bebas
Buang Air Besar Sembarangan ) adalah salah satu kegiatan prioritas di UPTD
Puskesmas Tiudan Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung. Dalam perjalanannya,
kegiatan STBM yang pada awalnya masih seumur jagung, berkat komitmen bersama
Kepala UPTD Puskesmas Tiudan Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung beserta
seluruh staf di jajaran unit layanan akhirnya semakin dikenal oleh lintas upaya
dan masyarakat.
Pada bulan Maret
2013 UPTD PUskesmas Tiudan Kecamatan Gondang mengawali keseluruhan rangkaian
kegiatan dengan Kegiatan Pembekalan Fasilitator Tingkat Puskesmas. Materi pembekalan
meliputi sosialisasi ulang STBM dan Teknik Fasilitori. Pemateri adalah
Sanitarian UPTD Puskesmas Tiudan Kecamatan Gondang. Dalam Kegiatan
Pembekalan Fasilitator tersebut Sanitarian memberi gambaran secara umum apa itu
STBM, bagaimana menjadi fasilitator yang bertugas memfasilitasi, bagaimana
praktek fasilitasi di lapangan yang secara konsep sangat berbeda dengan
kegiatan Sosialisasi dan Penyuluhan. Tim Fasilitator juga diberikan bekal
seputar pengaplikasian teknik promosi dalam rangkaian proses Kegiatan
Pemicuan.
Pada puncaknya, di bulan April 2013 secara
perdana UPTD Puskesmas Tiudan melakukan aksi Pemicuan ODF di Desa Bendungan
Kecamatan Gondang, sekaligus sebagai penanda bahwa Program STBM Pilar ( 1 )
Stop BAB-S di UPTD Puskesmas Tiudan Kecamatan Gondang telah
dicanangkan. Dan berikutnya, Kegiatan Pemicuan ODF merambah Desa
Wonokromo, Desa Blendis dan yang terakhir di Tahun 2013, Kegiatan Pemicuan
ODF masuk ke Desa
Tiudan. Rata-rata Kegiatan Pemicuan ODF dihadiri
oleh warga Komunitas Dusun yang jumlahnya berkisar 35 ( tiga puluh
lima ) orang warga dengan berbagai latar belakang sosial, budaya dan ekonomi.
Tim Fasilitator yang terdiri dari Sanitarian
dan Tenaga lain yang ditunjuk membentuk sebuah Forum
Peduli Lingkungan Wilayah Kecamatan Gondang.
Meski terbilang Puskesmas yang terlambat melakukan gerakan
Pemicuan ODF, Tim Fasilitator tidak pernah merasa ciut. Keterlambatan bukanlah
sebuah halangan, dan ketertinggalan adalah media untuk memacu langkah agar
segera dapat berdiri sejajar dengan Puskesmas-Puskesmas lain yang ada di
wilayah Kabupaten Tulungagung.
Berpijak pada sebuah kalimat yang menyatakan bahwa “ Untuk
merubah perilaku yang sudah membudaya menjadi suatu kebiasaan diperlukan sebuah
proses, dan dalam menjalankan sebuah proses dibutuhkan waktu dalam batas yang
tak terukur “, Tim Fasilitator bersama lintas program dan lintas sector terus
bergerak melakukan berbagai upaya guna mendongkrak Program.
Pada akhirnya, masih di tahun 2013, Tim
Fasilitator bentukan UPTD Puskesmas Tiudan yang melakukan Kegiatan Monev (
Monitoring dan Evaluasi ) Pasca Pemicuan memperoleh informasi bahwa di
Komunitas Dusun Krajan Desa Bendungan Kecamatan Gondang ada 4 ( empat ) warga
komunitas yang sudah melakukan pembangunan jamban sehat keluarga.
Mereka adalah Sumini, Supriyono, Kamaludin dan Supiyem, yang mengaku
tergerak untuk mewujudkan impian memiliki jamban setelah
menimbang-nimbang bahwa jika tetap Buang Air Besar di sungai, meski murah,
tetapi keamanan dan keselamatan tidak terjamin. Apalagi sudah ada kejadian
salah seorang warga hanyut di sungai pada saat BAB ( Buang Air Besar ) dan
meninggal. Selain itu yang menjadikan mereka terpicu untuk membangun
jamban adalah faktor usia. Menurut mereka, usia yang sudah tidak
muda lagi menyebabkan berbagai permasalahan seperti menurunnya kekuatan fisik,
penglihatan dan pendengaran serta gangguan-gangguan kesehatan lain yang
menyebabkan mereka menjadi sangat beresiko jika harus berjalan ke sungai.
Perasaan takut terpeleset atau jatuh, dan yang lebih fatal lagi adalah hanyut
terbawa arus sungai, merupakan faktor pemicu bagi warga untuk segera melakukan
perubahan besar dengan merubah kebiasaan membuang tinja di tempat terbuka
menjadi kebiasaan membuang tinja pada tempatnya, yaitu jamban sehat keluarga. Menyusul,
salah seorang warga Dusun Kleben Desa Tiudan Kecamatan Gondang membangun sarana
jamban sehat keluarga yang memenuhi kriteria kesehatan.
Warga bernama Ulimiati tersebut merasa tergerak untuk melakukan
pembangunan sarana jamban sehat karena merasa perlu untuk memiliki fasilitas
Buang Air Besar yang lebih bersih dan sehat.
Perkembangan hingga tahun 2016 ini, warga
komunitas Desa lebih banyak lagi yang tergerak untuk mengikuti jejak keempat
warga komunitas Desa lain untuk mewujudkan kepemilikan jamban sehat keluarga.
Puncak perjalanan Program Kegiatan STBM di UPTD Puskesmas Tiudan Kecamatan
Gondang Kabupaten Tulungagung adalah dideklarasikannya 3 (tiga ) Desa yang ada
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tiudan sebagai Desa ODF, Desa yang bebas dari
aktifitas atau perilaku membuang tinja di sembarang tempat. Keempat desa
tersebut adalah Mojoarum, Notorejo dan Wonokromo.
Apa itu STBM ?
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ( STBM ) adalah pendekatan
merubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
dengan metode pemicuan.
STBM terdiri dari 5 (lima) pilar antara lain Stop Buang Air Besar
Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Pengelolaan air minum dan makanan
rumah tangga, Pengelolaan sampah rumah tangga serta Pengelolaan limbah cair
rumah tangga.
Program Nasional STBM dikhususkan untuk skala rumah tangga,
sehingga program STBM ini adalah program yang berbasis masyarakat dan
meniadakan subsidi dalam bentuk apapun.
Karenanya, Prinsip STBM yang meniadakan subsidi untuk penyediaan
fasilitas sanitasi dasar diarahkan pada upaya penggalian potensi masyarakat
untuk membangun sarana sanitasi dasar dan pengembangan solidaritas social atau
gotong royong, agar kondisi sanitasi total segera tercapai.
Seperti yang terjadi di Desa Bendungan Kecamatan Gondang, salah seorang warga
komunitas membangun sarana jamban sehat keluarga dengan dibantu salah
seorang warga lain. Meski bantuan yang diberikan sifatnya hanya
stimulant, namun itu sudah menandakan bahwa system gotong royong sudah mulai
menyentuh program STBM di Desa tersebut.
Fasilitasi STBM
Kegiatan Pemicuan berbeda
dengan kegiatan Sosialisasi atau Penyuluhan. Jika dalam sebuah aktifitas
Sosialisasi atau Penyuluhan pemateri menyampaikan materi yang akan
disosialisaikan dan pematerilah yang lebih mendominasi acara sosialisasi atau
penyuluhan, maka dalam kegiatan Pemicuan adalah sebaliknya. Fasilitator hanya
sebatas memfasilitasi, selebihnya wargalah yang harus berpartisipati secara
aktif didalam upaya penggalian permasalahan yang mereka hadapi hingga
pembahasan pencarian jalan keluar dan mengambil keputusan alternatif pemecahan
masalah seperti apa yang akan mereka ambil. Mereka digiring untuk memetakan
sendiri wilayah komunitas mereka. Di mana saja titik lokasi yang biasa
digunakan warga untuk buang hajat, di mana saja titik-titik lokasi yang sudah
ada jamban sehat dan di mana titik-titik lokasi adanya jamban yang belum
memenuhi syarat dan di mana saja titik-titik lokasi warga komunitas melakukan
sharing (menumpang) di warga lain yang sudah memiliki jamban sehat keluarga.
Yang menjadi kunci dalam kegiatan Pemicuan ini
adalah sanitasi total, berbasis masyarakat, skala rumah tangga, metode pemicuan
dan monitoring partisipatif. Jadi peran fasilitator bukan sebagai pemateri.
Wargalah yang diharapkan bisa menjadi pemeran utama, baik dalam acara kegiatan
Pemicuan maupun kegiatan-kegiatan penggerakan lain di lapangan.
Pembentukan Komite di acara Pemicuan adalah
salah satu prosedur dalam proses kegiatan, yang pada nantinya Komite yang
terbentuk bisa menjadi motifator di dalam mewujudkan kepemilikan jamban sehat
bagi warga. Berkaitan dengan fasilitasi, yang bisa diberikan oleh fasilitator
adalah fasilitasi contoh jamban sehat, contoh alternatif pemecahan masalah
seperti bentuk-bentuk upaya pembentukan arisan jamban, gotong royong atau
social dan fasilitasi paket jamban murah dan sehat. Yang ditawarkan adalah
paket jamban sehat ramah lingkungan dengan harga yang terjangkau, dengan
berbagai pilihan tipe. Kontruksi yang ramah lingkungan tentu akan membantu
menekan factor resiko pencemaran terhadap lingkungan, harga yang relative murah
dan system cetak di tempat akan memberikan sebuah kemudahan, keamanan dan
kenyamanan. Dari segi keawetan, kontruksi bak pengolah tinja dan sumur resapan
model silindris tanpa sampungan pastinya akan menjajikan produk jamban sehat
STBM lebih awet dengan pemakaian jangka panjang.
Sudah ada warga Desa Bendungan Kecamatan Gondang yang memesan paket jamban
sehat STBM. Tentunya sebuah apresiasi yang patut diberi acungan jempol, di mana
sebagian warga meski masih dalam skala kecil sudah tergerak untuk segera
mewujudkan kepemilikan jamban sehat keluarga. Pilihan cara pemenuhan kebutuhan
sarana jamban sehat keluarga adalah mutlak ada di tangan warga, sekali lagi posisi
fasilitator hanyalah sebatas memfasilitasi. Pemberian Spanduk STBM gratis oleh
UPTD Puskesmas Tiudan Kecamatan Gondang adalah semata sebagai bentuk apresiasi
Puskesmas untuk Desa yang telah memulai untuk merangkak menuju Desa Bebas Buang
Air Besar Sembarangan.
Bagaimana menyikapi sebagian komunitas yang masih jalan di tempat?
Sebuah kalimat klasik “ Kegiatan merubah
perilaku atau kebiasaan yang sudah membudaya tidaklah semudah membalikkan
telapak tangan ” memberi asupan yang membalurkan sebuah mindset bahwa pada
hakekatnya sebuah proses itu akan diikuti oleh berbagai tantangan, kendala atau
hambatan. Aktifitas merubah perilaku atau kebiasaan yang sudah membudaya yang
memerlukan waktu dalam batas yang tak terukur tentunya akan menjadi sebuah
tantangan bagi semua pihak.
Yang perlu didongkrak adalah tingkat pemahaman
dan tingkat kesadaran, sehingga dengan terbukanya pola pikir warga untuk mau
merubah perilaku hidup bersih dan sehat serta tidak ada lagi warga yang
bergantung pada bantuan pemerintah, murni dengan kesadarannya bahwa jamban
sehat adalah kebutuhan dasar mereka, yang jika tidak dipenuhi maka akan
mengakibatkan bahaya yang lebih besar lagi. Warga harus memiliki kesadaran yang
sempurna, sebuah istilah yang dicetuskan oleh Sanitarian UPTD Puskesmas Tiudan
Kecamatan Gondang, yaitu sebuah kondisi pikiran yang sudah terolah secara
benar, yang menyadari bahwa jamban sehat adalah kebutuhan dasar yang mutlak
harus diperjuangkan keberadaannya tidak mengalahkan kebutuhan-kebutuhan dasar
lainnya. Sebuah kondisi pikiran di mana warga sudah menyadari bahwa perilaku
adalah permasalahan yang kelak akan menjadi bumerang jika tidak segera dirubah,
untuk itu harus segera dilakukan langkah nyata yang tidak sebatas angan atau
niat, akan tetapi sudah terkolaborasi menjadi sebuah tindakan nyata dengan
terwujudnya jamban sehat keluarga yang dibangun secara mandiri tanpa bantuan
dari pemerintah.
Kesadaran yang sempurna akan
membawa warga pada sebuah kondisi Sanitasi Total, yaitu sebuah kondisi di mana
warga sudah tidak ada yang melakukan praktek Buang Air Besar Sembarangan, warga
sudah melakukan praktek mencuci tangan pakai sabun, warga sudah mengelola air
minum dan makanan yang aman, warga telah mengelola sampah dengan benar, dan
warga sudah mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman. Maka menciptakan
kesadaran yang sempurna bagi warga adalah sebuah tantangan besar, kendala atau
hambatan yang ada harus disikapi dengan bijak, mengingat mindset warga sudah
sekian lamanya terbentuk dalam pola yang salah.
Menghentikan harapan warga untuk mendapatkan jamban bantuan
tentunya akan memakan waktu, namun bukan berarti tidak mungkin dihentikan
harapan-harapan mereka yang kurang benar.
Hingga pada akhirnya, UPTD Puskesmas Tiudan
memiliki Desa Binaan Percepatan ODF melalui Upaya Kredit Jamban. Desa Blendis
Kecamatan Gondang dan Desa Bendungan Kecamatan Gondang adalah 2 ( dua ) Desa
yang warganya bergerak mandiri membangun sarana jamban sehat keluarga melalui
fasilitasi Kredit Jamban oleh Bank Pembangunan Daerah Tulungagung yang bekerja
sama dengan Wira Usaha Sanitasi " SANITA GRUP", sebuah wira usaha
bidang sanitasi yang merupakan bagian dari jejaring Percepatan ODF di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Tiudan.
Upaya-upaya pendukung
pergerakan Percepatan ODF di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tiudan terus
digulirkan, seperti Kegiatan Pleno Pasca Pemicuan. Konsep Kegiatan Pleno Pasca
Pemicuan ini adalah mengumpulkan perwakilan Komite dari
8 ( delapan ) Desa yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tiudan
dengan pendampingan Kader Kesehatan, Stakeholder wilayah dan Tim Fasilitator
gabungan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung dan UPTD Puskesmas Tiudan.
Dalam ajang Pleno tersebut setiap Komite mempresentasikan situasi sanitasi yang
ada di wilayahnya dan bagaimana komunitas yang masih OD ( berperilaku BAB di
sembarang tempat ) melakukan pergerakan merubah perilaku.
Sebagai improvisasi, dalam kegiatan Pleno Pasca
Pemicuan tersebut UPTD Puskesmas Tiudan melakukan pemilihan KOMITE FAVORIT
dengan berbagai kategori. Semua langkah yang diambil serta dukungan kebijakan
dan strategi yang tepat bermanfaat diharapkan dapat memberi kontribusi di dalam
upaya Percepatan ODF di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tiudan. termasuk inovasi
Pembentukan Desa Binaan Sanitasi, Pembentukan Kelompok Masyarakat Sanitasi,
Pembentukan Jejaring Sanitasi dan Penggerakan Kemitraan Swasta.
Semoga rangkaian kegiatan pendukung pelaksanaan
Program Percepatan ODF yang meliputi Pertemuan Pendampingan Penyusunan Rencana
Percepatan ODF, Pemicuan ODF, Pleno Pasca Pemicuan ODF, Monev Pasca Pemicuan
ODF dan Verifikasi ODF dapat terus berkolaborasi dengan improvisasi dan inovasi
yang dilahirkan guna mewujudkan UPTD Puskesmas Tiudan Lebih Bersih dan Lebih
sehat.
*Bravo Puskesmas Tiudan