Sabtu, 24 Desember 2016

RANDU PALA UPTD PUSKESMAS TIUDAN, KECAMATAN GONDANG, RAIH JUARA 1 TINGKAT PUSKESMAS SE-KABUPATEN TULUNGAGUNG

RANDU PALA, Gerakan Terpadu Pengelolaan Air dan Limbah Rumah Tangga yang dilaksanakan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tiudan, Kecamatan Gondang, menghantarkan UPTD Puskesmas Tiudan meraih juara 1 dalam ajang Workshop dan Pameran Sanitasi yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung.

Pada perhelatan Workshop dan Pameran Sanitasi yang diprakarsai oleh Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, UPTD Puskesmas Tiudan meraih juara 1 tingkat Puskesmas se-Kabupaten Tulungagung. Dengan mengusung RANDU PALA dan beberapa inovasi bidang sanitasi, UPTD Puskesmas Tiudan berupaya untuk secara total mewujudkan desa-desa yang ada dalam naungan wilayah kerjanya sebagai Desa STBM, Desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, yaitu desa yang dengan kesadarannya seluruh warga sudah melaksanakan 5 (lima) pilar STBM yang meliputi Buang Air Besar di jamban sehat, Cuci Tangan Pakai Sabun, Mengelola air minum dan makanan secara hygienis, Mengelola sampah rumah tangga secara aman dan Mengelola limbah rumah tangga dengan aman.
Dalam ajang Workshop dan Pameran Sanitasi tersebut, UPTD Puskesmas Tiudan menampilkan inovasi katagori konvensional berupa Warung Sanitasi dengan konsep P3-KS, yang mengedepankan unsur Intervensi Kesling sebagai tindak lanjut Inspeksi Sanitasi. Dalam rangka upaya Intervensi Kesling, Randu Pala mempunyai peran penting karena Randu Pala menghantarkan warga menuju masyarakat dengan Sanitasi Unggul melalui slogannya "Kami mengenalkan cara aman mengelola limbah rumah tangga dengan limbah". Inovasi memanfaatkan limbah rumah tangga sebagai sarana pengelolaan limbah rumah tangga dikenalkan kepada masyarakat yang ada di wilayah kerjanya, dan Desa Sidem adalah desa binaan percontohan Program Randu Pala setelah Desa Wonokromo. 
Ermawati, Sanitarian UPTD Puskesmas Tiudan melahirkan inovasi lanjutan setelah Warung Sanitasi berupa inovasi Resapan SPAL ramah lingkungan dari limbah dan alat kapuritisasi dari limbah. Kenapa inovasi yang dirancang adalah kategori konvensional? Menurut Ermawati, inovasi konvensional lebih mudah diterapkan, dan limbah sebagai media dapat mengenalkan sarana sanitasi yang murah bagi masyarakat. Dengan menerapkan konsep ramah lingkungan, Randu Pala diharapkan dapat membangun image masyarakat terkait sanitasi, bahwa sanitasi itu murah dan mudah serta menyehatkan.  
Sejumlah media KIE berupa poster sanitasi, leaflet sanitasi, kalender sanitasi, maket sanitasi, buletin sanitasi dan CD iklan sanitasi juga ditampilkan di ajang Workshop dan Pameran Sanitasi, melengkapi tampilan data pencapaian kegiatan dan dokumentasi pelaksanaan kegiatan. Masih menurut Ermawati sebagai Sanitarian UPTD Puskesmas Tiudan, media KIE Sanitasi memberi kontribusi besar di dalam upaya penggerakan pemberdayaan masyarakat di bidang sanitasi, sehingga dengan adanya media KIE yang bervariasi tersebut diharapkan mampu memberi warna pada jaringan sistem informasi sanitasi di UPTD Puskesmas Tiudan.

*Bravo UPTD Puskesmas Tiudan





PELEPASAN BALON ODF DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS TIUDAN

Satu lagi Desa ODF lahir di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tiudan, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur. Yaitu Desa Sidomulyo, yang pada hari Kamis, tanggal 15 Desember 2016, telah secara resmi menyatakan diri sebagai Komunitas Desa yang warganya sudah memanfaatkan jamban sehat sebagai sarana Buang Air Besar. Pencanangan Desa Sidomulyo ODF ditandai dengan " Pelepasan Balon ODF" oleh Kepala Desa Sidomulyo, Agus Suharto, dan disaksikan oleh jajaran muspika setempat, Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Forum Kabupaten Sehat Tulungagung dan warga Desa Sidomulyo. Ceremonial Deklarasi ODF yang juga dimeriahkan dengan pagelaran tari dan yel-yel Desa ODF tersebut berlangsung khidmat, dihadiri lebih kurang lebih 90 undangan, dan diperkuat dengan dibacakannya Ikrar Deklarasi dan Komitmen Bersama Warga Desa Sidomulyo yang tertuang dalam Nota Kesepakatan untuk mendukung Desa Sidomulyo menuju Desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Ceremonial acara Deklarasi juga diiringi lagu MARS ODF gubahan Sanitarian UPTD Puskesmas Tiudan, Ermawati. Mars ODF yang dinyanyikan oleh grup vokal PKK Desa Sidomulyo tersebut menjadi pelengkap acara pencanangan Desa Sidomulyo ODF dan oleh Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Kabupaten Tulungagung, Drs. Agus Supriyanto, ke depannya dapat menjadi pemicu bagi komunitas Desa lain untuk segera merangkak lebih cepat menuju Desa ODF, menyusul desa-desa yang sudah lebih dulu mendeklarasikan diri sebagai Desa bebas dari aktifitas Buang Air Besar di tempat terbuka.

*Bravo Puskesmas Tiudan



Jumat, 30 September 2016

PERCEPATAN ODF UPTD PUSKESMAS TIUDAN KECAMATAN GONDANG



SEMARAK PERJALANAN ODF 
DI UPTD PUSKESMAS TIUDAN KECAMATAN GONDANG



       Pergerakan Percepatan ODF di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tiudan, Kecamatan Gondang, berjalan pelan namun pasti. Keterlambatan bukan sebuah rintangan, semua upaya positif terus digulirkan dalam rangka mengejar ketertinggalan. Berbekal Methodologi Partisipatory Assasment dan dengan dukungan unsur masyarakat, lintas upaya dan lintas terkait termasuk lini swasta, kegiatan-kegiatan penunjang Pergerakan Percepatan ODF dupayakan dilaksanakan secara optimal menuju UPTD Puskesmas Tiudan ODF.

Kegiatan STBM  ( Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ) pilar pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan ( Stop BAB-S ) atau yang lebih dikenal dengan Kegiatan Pemicuan ODF ( Open Defecation Free—Bebas Buang Air Besar Sembarangan ) adalah salah satu kegiatan prioritas  di UPTD Puskesmas Tiudan Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung. Dalam perjalanannya, kegiatan STBM yang pada awalnya masih seumur jagung, berkat komitmen bersama Kepala UPTD Puskesmas Tiudan Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung beserta seluruh staf di jajaran unit layanan akhirnya semakin dikenal oleh lintas upaya dan masyarakat.
             Pada bulan Maret 2013 UPTD PUskesmas Tiudan Kecamatan Gondang mengawali keseluruhan rangkaian kegiatan dengan Kegiatan Pembekalan Fasilitator Tingkat Puskesmas. Materi pembekalan meliputi sosialisasi ulang STBM dan Teknik Fasilitori. Pemateri adalah Sanitarian UPTD Puskesmas Tiudan Kecamatan Gondang. Dalam Kegiatan Pembekalan Fasilitator tersebut Sanitarian memberi gambaran secara umum apa itu STBM, bagaimana menjadi fasilitator yang bertugas memfasilitasi, bagaimana praktek fasilitasi di lapangan yang secara konsep sangat berbeda dengan kegiatan Sosialisasi dan Penyuluhan. Tim Fasilitator juga diberikan bekal seputar pengaplikasian teknik promosi dalam rangkaian proses Kegiatan Pemicuan. 
Pada puncaknya, di bulan April 2013 secara perdana UPTD Puskesmas Tiudan melakukan aksi Pemicuan ODF di Desa Bendungan Kecamatan Gondang, sekaligus sebagai penanda bahwa Program STBM Pilar ( 1 ) Stop BAB-S di UPTD Puskesmas Tiudan Kecamatan Gondang telah dicanangkan. Dan berikutnya, Kegiatan Pemicuan ODF merambah Desa Wonokromo, Desa Blendis dan yang terakhir di Tahun 2013, Kegiatan Pemicuan ODF masuk ke Desa Tiudan. Rata-rata Kegiatan Pemicuan ODF dihadiri oleh warga Komunitas Dusun yang jumlahnya berkisar 35 ( tiga puluh lima ) orang warga dengan berbagai latar belakang sosial, budaya dan ekonomi.
Tim Fasilitator yang terdiri dari Sanitarian dan  Tenaga lain yang ditunjuk membentuk sebuah Forum Peduli Lingkungan Wilayah Kecamatan Gondang.
Meski terbilang Puskesmas yang terlambat melakukan gerakan Pemicuan ODF, Tim Fasilitator tidak pernah merasa ciut. Keterlambatan bukanlah sebuah halangan, dan ketertinggalan adalah media untuk memacu langkah agar segera dapat berdiri sejajar dengan Puskesmas-Puskesmas lain yang ada di wilayah Kabupaten Tulungagung.
 Berpijak pada sebuah kalimat yang menyatakan bahwa “ Untuk merubah perilaku yang sudah membudaya menjadi suatu kebiasaan diperlukan sebuah proses, dan dalam menjalankan sebuah proses dibutuhkan waktu dalam batas yang tak terukur “, Tim Fasilitator bersama lintas program dan lintas sector terus bergerak melakukan berbagai upaya guna mendongkrak Program.
Pada akhirnya, masih di tahun 2013, Tim Fasilitator bentukan UPTD Puskesmas Tiudan yang melakukan Kegiatan Monev ( Monitoring dan Evaluasi ) Pasca Pemicuan memperoleh informasi bahwa di Komunitas Dusun Krajan Desa Bendungan Kecamatan Gondang ada 4 ( empat ) warga komunitas yang sudah melakukan pembangunan jamban sehat keluarga.
               Mereka adalah Sumini, Supriyono, Kamaludin dan Supiyem, yang mengaku tergerak untuk  mewujudkan impian memiliki jamban setelah menimbang-nimbang bahwa jika tetap Buang Air Besar di sungai, meski murah, tetapi keamanan dan keselamatan tidak terjamin. Apalagi sudah ada kejadian salah seorang warga hanyut di sungai pada saat BAB ( Buang Air Besar ) dan meninggal. Selain itu yang menjadikan mereka terpicu untuk membangun jamban adalah  faktor usia. Menurut mereka,  usia yang sudah tidak muda lagi menyebabkan berbagai permasalahan seperti menurunnya kekuatan fisik, penglihatan dan pendengaran serta gangguan-gangguan kesehatan lain yang menyebabkan mereka menjadi sangat beresiko jika harus berjalan ke sungai. Perasaan takut terpeleset atau jatuh, dan yang lebih fatal lagi adalah hanyut terbawa arus sungai, merupakan faktor pemicu bagi warga untuk segera melakukan perubahan besar dengan merubah kebiasaan membuang tinja di tempat terbuka menjadi kebiasaan membuang tinja pada tempatnya, yaitu jamban sehat keluarga. Menyusul, salah seorang warga Dusun Kleben Desa Tiudan Kecamatan Gondang membangun sarana jamban sehat keluarga yang memenuhi kriteria kesehatan.
Warga bernama Ulimiati tersebut merasa tergerak untuk melakukan pembangunan sarana jamban sehat karena merasa perlu untuk memiliki fasilitas Buang Air Besar yang lebih bersih dan sehat.
Perkembangan hingga tahun 2016 ini, warga komunitas Desa lebih banyak lagi yang tergerak untuk mengikuti jejak keempat warga komunitas Desa lain untuk mewujudkan kepemilikan jamban sehat keluarga. Puncak perjalanan Program Kegiatan STBM di UPTD Puskesmas Tiudan Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung adalah dideklarasikannya 3 (tiga ) Desa yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tiudan sebagai Desa ODF, Desa yang bebas dari aktifitas atau perilaku membuang tinja di sembarang tempat. Keempat desa tersebut adalah Mojoarum, Notorejo dan Wonokromo.

Apa itu STBM ?
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ( STBM ) adalah pendekatan merubah perilaku hygiene dan sanitasi  melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
STBM terdiri dari 5 (lima) pilar antara lain Stop Buang Air Besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, Pengelolaan sampah rumah tangga serta Pengelolaan limbah cair rumah tangga.
Program Nasional STBM dikhususkan untuk skala rumah tangga, sehingga program STBM ini adalah program yang berbasis masyarakat dan meniadakan subsidi dalam bentuk apapun.
Karenanya, Prinsip STBM yang meniadakan subsidi untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar diarahkan pada upaya penggalian potensi masyarakat untuk membangun sarana sanitasi dasar dan pengembangan solidaritas social atau gotong royong, agar kondisi sanitasi total segera tercapai.
              Seperti yang terjadi di Desa Bendungan Kecamatan Gondang, salah seorang warga komunitas membangun sarana jamban sehat keluarga dengan dibantu salah seorang  warga lain. Meski bantuan yang diberikan sifatnya hanya stimulant, namun itu sudah menandakan bahwa system gotong royong sudah mulai menyentuh program STBM di Desa tersebut.

Fasilitasi STBM
Kegiatan Pemicuan berbeda dengan kegiatan Sosialisasi atau Penyuluhan. Jika dalam sebuah aktifitas Sosialisasi atau Penyuluhan pemateri menyampaikan materi yang akan disosialisaikan dan pematerilah yang lebih mendominasi acara sosialisasi atau penyuluhan, maka dalam kegiatan Pemicuan adalah sebaliknya. Fasilitator hanya sebatas memfasilitasi, selebihnya wargalah yang harus berpartisipati secara aktif didalam upaya penggalian permasalahan yang mereka hadapi hingga pembahasan pencarian jalan keluar dan mengambil keputusan alternatif pemecahan masalah seperti apa yang akan mereka ambil. Mereka digiring untuk memetakan sendiri wilayah komunitas mereka. Di mana saja titik lokasi yang biasa digunakan warga untuk buang hajat, di mana saja titik-titik lokasi yang sudah ada jamban sehat dan di mana titik-titik lokasi adanya jamban yang belum memenuhi syarat dan di mana saja titik-titik lokasi warga komunitas melakukan sharing (menumpang) di warga lain yang sudah memiliki jamban sehat keluarga.
Yang menjadi kunci dalam kegiatan Pemicuan ini adalah sanitasi total, berbasis masyarakat, skala rumah tangga, metode pemicuan dan monitoring partisipatif. Jadi peran fasilitator bukan sebagai pemateri. Wargalah yang diharapkan bisa menjadi pemeran utama, baik dalam acara kegiatan Pemicuan maupun kegiatan-kegiatan penggerakan lain di lapangan.
Pembentukan Komite di acara Pemicuan adalah salah satu prosedur dalam proses kegiatan, yang pada nantinya Komite yang terbentuk bisa menjadi motifator di dalam mewujudkan kepemilikan jamban sehat bagi warga. Berkaitan dengan fasilitasi, yang bisa diberikan oleh fasilitator adalah fasilitasi contoh jamban sehat, contoh alternatif pemecahan masalah seperti bentuk-bentuk upaya pembentukan arisan jamban, gotong royong atau social dan fasilitasi paket jamban murah dan sehat. Yang ditawarkan adalah paket jamban sehat ramah lingkungan dengan harga yang terjangkau, dengan berbagai pilihan tipe. Kontruksi yang ramah lingkungan tentu akan membantu menekan factor resiko pencemaran terhadap lingkungan, harga yang relative murah dan system cetak di tempat akan memberikan sebuah kemudahan, keamanan dan kenyamanan. Dari segi keawetan, kontruksi bak pengolah tinja dan sumur resapan model silindris tanpa sampungan pastinya akan menjajikan produk jamban sehat STBM lebih awet dengan pemakaian jangka panjang.
              Sudah ada warga Desa Bendungan Kecamatan Gondang yang memesan paket jamban sehat STBM. Tentunya sebuah apresiasi yang patut diberi acungan jempol, di mana sebagian warga meski masih dalam skala kecil sudah tergerak untuk segera mewujudkan kepemilikan jamban sehat keluarga. Pilihan cara pemenuhan kebutuhan sarana jamban sehat keluarga adalah mutlak ada di tangan warga, sekali lagi posisi fasilitator hanyalah sebatas memfasilitasi. Pemberian Spanduk STBM gratis oleh UPTD Puskesmas Tiudan Kecamatan Gondang adalah semata sebagai bentuk apresiasi Puskesmas untuk Desa yang telah memulai untuk merangkak menuju Desa Bebas Buang Air Besar Sembarangan.

Bagaimana menyikapi sebagian komunitas yang masih jalan di tempat?
Sebuah kalimat klasik “ Kegiatan merubah perilaku atau kebiasaan yang sudah membudaya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan ” memberi asupan yang membalurkan sebuah mindset bahwa pada hakekatnya sebuah proses itu akan diikuti oleh berbagai tantangan, kendala atau hambatan. Aktifitas merubah perilaku atau kebiasaan yang sudah membudaya yang memerlukan waktu dalam batas yang tak terukur tentunya akan menjadi sebuah tantangan bagi semua pihak.
Yang perlu didongkrak adalah tingkat pemahaman dan tingkat kesadaran, sehingga dengan terbukanya pola pikir warga untuk mau merubah perilaku hidup bersih dan sehat serta tidak ada lagi warga yang bergantung pada bantuan pemerintah, murni dengan kesadarannya bahwa jamban sehat adalah kebutuhan dasar mereka, yang jika tidak dipenuhi maka akan mengakibatkan bahaya yang lebih besar lagi. Warga harus memiliki kesadaran yang sempurna, sebuah istilah yang dicetuskan oleh Sanitarian UPTD Puskesmas Tiudan Kecamatan Gondang, yaitu sebuah kondisi pikiran yang sudah terolah secara benar, yang menyadari bahwa jamban sehat adalah kebutuhan dasar yang mutlak harus diperjuangkan keberadaannya tidak mengalahkan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya. Sebuah kondisi pikiran di mana warga sudah menyadari bahwa perilaku adalah permasalahan yang kelak akan menjadi bumerang jika tidak segera dirubah, untuk itu harus segera dilakukan langkah nyata yang tidak sebatas angan atau niat, akan tetapi sudah terkolaborasi menjadi sebuah tindakan nyata dengan terwujudnya jamban sehat keluarga yang dibangun secara mandiri tanpa bantuan dari pemerintah.
Kesadaran yang sempurna akan membawa warga pada sebuah kondisi Sanitasi Total, yaitu sebuah kondisi di mana warga sudah tidak ada yang melakukan praktek Buang Air Besar Sembarangan, warga sudah melakukan praktek mencuci tangan pakai sabun, warga sudah mengelola air minum dan makanan yang aman, warga telah mengelola sampah dengan benar, dan warga sudah mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman. Maka menciptakan kesadaran yang sempurna bagi warga adalah sebuah tantangan besar, kendala atau hambatan yang ada harus disikapi dengan bijak, mengingat mindset warga sudah sekian lamanya terbentuk dalam pola yang salah.
Menghentikan harapan warga untuk mendapatkan jamban bantuan tentunya akan memakan waktu, namun bukan berarti tidak mungkin dihentikan harapan-harapan mereka yang kurang benar. 
Hingga pada akhirnya, UPTD Puskesmas Tiudan memiliki Desa Binaan Percepatan ODF melalui Upaya Kredit Jamban. Desa Blendis Kecamatan Gondang dan Desa Bendungan Kecamatan Gondang adalah 2 ( dua ) Desa yang warganya bergerak mandiri membangun sarana jamban sehat keluarga melalui fasilitasi Kredit Jamban oleh Bank Pembangunan Daerah Tulungagung yang bekerja sama dengan Wira Usaha Sanitasi " SANITA GRUP", sebuah wira usaha bidang sanitasi yang merupakan bagian dari jejaring Percepatan ODF di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tiudan.
Upaya-upaya pendukung pergerakan Percepatan ODF di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tiudan terus digulirkan, seperti Kegiatan Pleno Pasca Pemicuan. Konsep Kegiatan Pleno Pasca Pemicuan ini adalah mengumpulkan perwakilan Komite dari
8 ( delapan ) Desa yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tiudan dengan pendampingan Kader Kesehatan, Stakeholder wilayah dan Tim Fasilitator gabungan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung dan UPTD Puskesmas Tiudan. Dalam ajang Pleno tersebut setiap Komite mempresentasikan situasi sanitasi yang ada di wilayahnya dan bagaimana komunitas yang masih OD ( berperilaku BAB di sembarang tempat ) melakukan pergerakan merubah perilaku.  
Sebagai improvisasi, dalam kegiatan Pleno Pasca Pemicuan tersebut UPTD Puskesmas Tiudan melakukan pemilihan KOMITE FAVORIT dengan berbagai kategori. Semua langkah yang diambil serta dukungan kebijakan dan strategi yang tepat bermanfaat diharapkan dapat memberi kontribusi di dalam upaya Percepatan ODF di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tiudan. termasuk inovasi Pembentukan Desa Binaan Sanitasi, Pembentukan Kelompok Masyarakat Sanitasi, Pembentukan Jejaring Sanitasi dan Penggerakan Kemitraan Swasta.
Semoga rangkaian kegiatan pendukung pelaksanaan Program Percepatan ODF yang meliputi Pertemuan Pendampingan Penyusunan Rencana Percepatan ODF, Pemicuan ODF, Pleno Pasca Pemicuan ODF, Monev Pasca Pemicuan ODF dan Verifikasi ODF dapat terus berkolaborasi dengan improvisasi dan inovasi yang dilahirkan guna mewujudkan UPTD Puskesmas Tiudan Lebih Bersih dan Lebih sehat.

*Bravo Puskesmas Tiudan